Padang Panjang, pasbana – Komunitas Seni Kuflet kembali mengadakan diskusi mingguan bertajuk Grafis Lingkungan: Penciptaan Elemen Visual di Ruang Publik pada Sabtu (1/3/2025) di Sekretariat Komunitas Seni Kuflet.
Acara ini menghadirkan Soeryadarma Isman, mahasiswa tingkat akhir Desain Komunikasi Visual (DKV) Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang, sebagai pemateri, dengan Alfaruq sebagai moderator. Diskusi ini dihadiri oleh anggota komunitas serta para pecinta seni dan desain dari berbagai kalangan.
Soeryadarma Isman, pemateri dalam diskusi tersebut, menjelaskan bahwa grafis lingkungan merupakan cabang dari Desain Komunikasi Visual (DKV) yang berfokus pada penciptaan elemen visual di ruang publik atau lingkungan tertentu. Tujuannya adalah untuk meningkatkan komunikasi, navigasi, dan pengalaman pengguna dalam suatu tempat.
“Grafis lingkungan tidak hanya tentang membuat visual yang menarik, tetapi juga memahami perilaku pengguna, aspek fungsional, serta nilai-nilai budaya dan keberlanjutan dalam desain,” ujar Soeryadarma.
Ia menambahkan, desainer grafis lingkungan memiliki tanggung jawab untuk menciptakan desain yang tidak hanya estetis, tetapi juga ramah lingkungan dan sesuai dengan konteks sosial-budaya masyarakat setempat.
“Desain yang baik harus mampu berkomunikasi dengan efektif, memudahkan navigasi, dan memberikan pengalaman positif bagi pengguna ruang publik,” paparnya.
Alfaruq, moderator diskusi, menyimpulkan bahwa grafis lingkungan memegang peran penting dalam membentuk pengalaman ruang publik yang lebih fungsional, menarik, dan informatif. “Desainer DKV memiliki peran strategis dalam menciptakan desain yang tidak hanya indah dipandang, tetapi juga bermanfaat bagi masyarakat luas,” ujarnya.
Ia menekankan bahwa desain grafis lingkungan harus mampu menjawab kebutuhan masyarakat modern akan ruang publik yang inklusif dan berkelanjutan.
Dr. Sulaiman Juned, M.Sn, pendiri sekaligus pimpinan Komunitas Seni Kuflet, menyatakan bahwa kegiatan diskusi mingguan ini merupakan bagian dari upaya komunitas untuk meningkatkan kapasitas anggotanya.
“Seluruh anggota dan pengurus harus mampu dan mau menjadi narasumber, moderator, dan penulis release. Ini dilaksanakan secara bergiliran setiap hari Sabtu,” ujar Sulaiman, yang juga merupakan dosen teater di ISI Padang Panjang.
Lebih lanjut, Sulaiman menjelaskan bahwa komunitas ini tidak hanya fokus pada seni teater, tetapi juga membuka ruang bagi berbagai disiplin seni lainnya, seperti film, tari, musik, sastra, dan DKV. “Sebulan sekali, kami mengundang para pakar dari berbagai bidang seni untuk menjadi narasumber. Hal ini bertujuan agar seluruh anggota dapat terus meningkatkan intelektualitas dan wawasannya,” tambahnya.
Diskusi ini tidak hanya memberikan wawasan baru bagi anggota komunitas, tetapi juga menginspirasi para peserta untuk lebih peduli terhadap peran desain dalam ruang publik.
Dengan semakin berkembangnya kesadaran akan pentingnya desain yang berkelanjutan, grafis lingkungan diharapkan dapat menjadi solusi dalam menciptakan ruang publik yang lebih manusiawi dan ramah lingkungan.
Menurut data terbaru dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), ruang publik yang dirancang dengan baik dapat mengurangi polusi visual dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Desain grafis lingkungan yang mempertimbangkan aspek ekologis dan sosial-budaya dinilai mampu menjadi salah satu solusi dalam menghadapi tantangan urbanisasi yang semakin kompleks.
Kegiatan diskusi mingguan Komunitas Seni Kuflet ini tidak hanya menjadi ajang berbagi pengetahuan, tetapi juga wadah untuk membangun kolaborasi antar-displin seni.
Dengan terus menggelar kegiatan serupa, komunitas ini diharapkan dapat berkontribusi lebih besar dalam pengembangan seni dan desain di Indonesia, khususnya dalam menciptakan ruang publik yang lebih baik dan berkelanjutan. (*/Gufron)
