Notification

×

Iklan

Iklan

Fiqih Prioritas: Seni Hidup yang Tak Sekadar "Sibuk" Tapi "Produktif"

22 Maret 2025 | 17:01 WIB Last Updated 2025-03-22T10:50:48Z



Pasbana -  Hidup ini ibarat panggung sandiwara. Ada adegan yang harus dimainkan dengan penuh intensitas, ada pula yang cukup dilakoni sekadarnya. 

Tapi, seringkali kita terjebak dalam drama "sibuk" yang tak berujung. Sibuk kerja, sibuk scrolling media sosial, sibuk debat kusir di grup WhatsApp, sampai lupa bahwa ada adegan utama yang harus diprioritaskan. 

Nah, di sinilah Fiqih Prioritas (Fiqh al-Awlawiyyat) hadir sebagai sutradara handal yang mengatur skala keutamaan dalam hidup kita.

Konsep ini digagas oleh Syeikh Yusuf al-Qaradhawi, ulama besar yang pemikirannya sering jadi rujukan umat Islam di seluruh dunia, termasuk Indonesia. 

Fiqih Prioritas bukan sekadar teori agama yang kaku, tapi lebih seperti panduan hidup kekinian yang relevan untuk kita yang sering kebingungan memilah mana yang penting dan mana yang cuma bikin pusing.

Fiqih Prioritas: Bukan Sekadar "Urusan Nanti Aja"


Bayangkan ini: Anda punya segudang tugas di kantor, tapi malah asyik ngecek Instagram. Atau, Anda tahu shalat itu wajib, tapi memilih nongkrong dulu karena "nanti aja masih ada waktu." 

Nah, Fiqih Prioritas mengajarkan kita untuk meletakkan sesuatu pada tempatnya. Bukan berarti kita dilarang bersantai atau menikmati hidup, tapi kita harus paham mana yang harus didahulukan dan mana yang bisa ditunda.

Syeikh al-Qaradhawi dalam bukunya, Awlawiyyat al-Harakah al-Islamiyyah, bilang bahwa Fiqih Prioritas adalah kunci untuk menghindari kesalahan fatal dalam memilih prioritas. 

Misalnya, jangan sampai kita sibuk memperdebatkan warna hijab yang trendy sementara lupa bahwa ada tetangga yang kelaparan. Atau, jangan sampai kita ribut soal khilafiyah (perbedaan pendapat) sementara shalat lima waktu bolong-bolong.

Kenapa Fiqih Prioritas Itu Penting? Ini Alasannya!


1. Hindari Jadi "Sibuk Tapi Gak Produktif"

   Kita sering terjebak dalam aktivitas yang sebenarnya kurang penting. Misalnya, berjam-jam di media sosial hanya untuk melihat kehidupan orang lain, sementara tugas kantor menumpuk. 

Fiqih Prioritas mengajak kita untuk fokus pada hal-hal yang benar-benar berdampak besar, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

2. Jangan Sampai Dunia-Akhirat Keteteran

   Hidup ini bukan cuma urusan dunia, tapi juga akhirat. Fiqih Prioritas mengajarkan kita untuk menyeimbangkan keduanya. Jangan sampai kita sibuk kerja sampai lupa shalat, atau sibuk ibadah sampai lupa tanggung jawab sebagai orang tua atau karyawan. Seimbang, guys!

3. Solusi untuk Problem Umat yang Pelik

   Umat Islam saat ini menghadapi masalah yang kompleks: kemiskinan, pendidikan rendah, perpecahan, dan lain-lain. Tanpa skala prioritas yang jelas, kita akan kesulitan menyelesaikan masalah ini. 

Misalnya, dalam konteks politik, memprioritaskan persatuan umat jauh lebih penting daripada ribut soal perbedaan pendapat.

Praktik Fiqih Prioritas: Dari Ibadah Sampai Media Sosial


1. Dalam Ibadah: Wajib Dulu, Baru Sunnah

   Rasulullah ﷺ mengajarkan kita untuk mendahulukan yang wajib sebelum yang sunnah. Shalat lima waktu harus jadi prioritas utama, baru kemudian shalat sunnah. Begitu juga dengan zakat, puasa Ramadhan, dan haji bagi yang mampu. Jangan sampai kita sibuk shalat tahajud tapi shalat Subuh bolong.

2. Dalam Dakwah: Akidah Dulu, Baru Teknis

   Pada fase dakwah di Makkah, Rasulullah ﷺ lebih fokus pada pembinaan akidah (tauhid) daripada hal-hal lain. Ini karena akidah adalah fondasi yang harus kuat sebelum membangun amal-amal lainnya. 

Dalam konteks sekarang, kita juga harus memprioritaskan pembinaan akidah dan akhlak sebelum masuk ke hal-hal teknis seperti debat fiqih.

3. Dalam Kehidupan Sosial: Kepentingan Umum Lebih Utama

   Membantu orang yang kesulitan lebih utama daripada menumpuk harta untuk diri sendiri. Begitu juga dalam pendidikan, memprioritaskan ilmu yang bermanfaat bagi masyarakat lebih penting daripada ilmu yang cuma bikin kita terlihat pintar di depan orang.

Sudahkah Kita Hidup dengan Skala Prioritas yang Benar?


Coba tanya diri sendiri: Apakah kita sudah memprioritaskan hal-hal yang benar-benar penting? Atau jangan-jangan, kita masih sibuk dengan hal-hal yang sebenarnya kurang bermanfaat? 

Misalnya, sibuk kerja sampai lupa shalat, atau sibuk dengan media sosial sampai lupa membaca Al-Quran. Atau, sibuk memperdebatkan hal-hal kecil sementara masalah besar seperti kemiskinan dan perpecahan umat terabaikan.

Syeikh al-Qaradhawi pernah bilang, umat Islam hari ini seperti daun kering: berisik, mudah terpecah, dan mudah diprovokasi. 

Padahal, Islam mengajarkan kita untuk bersatu dan fokus pada hal-hal yang penting. Dengan Fiqih Prioritas, kita bisa menghindari kesalahan-kesalahan tersebut dan membangun kehidupan yang lebih bermakna.

Mulai dari Hal Kecil, Berdampak Besar


Fiqih Prioritas bukan sekadar teori, tapi panduan praktis yang harus kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Mulailah dari hal-hal kecil: prioritaskan ibadah wajib, bantu orang lain, dan fokus pada hal-hal yang bermanfaat. 

Dengan begitu, kita tidak hanya menjadi pribadi yang lebih baik, tapi juga berkontribusi pada kemajuan umat Islam secara keseluruhan.

Seperti pesan Syeikh al-Qaradhawi, "Meletakkan segala sesuatu pada tempatnya yang tepat adalah kunci kebahagiaan dan kesuksesan, baik di dunia maupun di akhirat."

Jadi, yuk, mulai sekarang, hidup dengan skala prioritas yang jelas. Jangan cuma sibuk, tapi juga produktif. Aamiin.

22 Ramadhan 1446 H.
Sanitsaka

IKLAN


×
Kaba Nan Baru Update