Pasbana - Ada dua kebiasaan yang sering dilakukan dengan ringan, tapi efeknya bisa lebih dahsyat dari virus mematikan: ghibah dan namimah.
Dua penyakit ini menyebar diam-diam, menjangkiti setiap ruang diskusi, grup WhatsApp, hingga perbincangan di warung kopi.
Sekilas, ini hanya "ngobrol santai" atau "cuma berbagi info", padahal dampaknya bisa menggerus persaudaraan, meruntuhkan kepercayaan, bahkan menghancurkan komunitas.
Ghibah dan Namimah: Apa Bedanya?
Ghibah, alias menggosip di belakang orang lain, adalah hobi yang sulit ditinggalkan.Rasulullah SAW pernah menjelaskan, kalau yang kita bicarakan itu benar, berarti kita ghibah. Kalau salah, malah jadi fitnah. Ibarat makan keripik, sekali mulai, susah berhenti.
Sementara itu, namimah lebih licik lagi. Ini semacam adu domba kelas berat: menyampaikan satu perkataan ke orang lain dengan bumbu tambahan agar timbul permusuhan.
Ibarat melempar korek api ke jerami kering, satu bisikan kecil bisa membakar seluruh hubungan baik yang telah dibangun bertahun-tahun.
Dampak: Dari Keruhnya Hati hingga Hancurnya Bangsa
Jangan anggap remeh. Penyakit ini bukan sekadar urusan pribadi, tapi juga sosial, bahkan nasional!1. Mengotori Hati, Menjauhkan Diri dari Kebaikan
Orang yang terbiasa dengan ghibah dan namimah akan kehilangan kejernihan hati. Hidupnya dipenuhi prasangka, suudzon, dan kegelisahan. Jangan heran kalau wajahnya makin kusut dan rezeki terasa seret.
Bukankah hati yang bersih adalah kunci kebahagiaan sejati?
2. Merusak Hubungan, Menghancurkan Kepercayaan
Ghibah dan namimah bagaikan rayap dalam kayu. Awalnya tak terlihat, tapi lama-lama membuat seluruh struktur rapuh. Berapa banyak pertemanan yang retak, keluarga yang pecah, atau organisasi yang bubar hanya karena bisikan-bisikan beracun?
Sekali kepercayaan hilang, sulit mengembalikannya.
3. Senjata Ampuh Perusak Bangsa
Di tingkat yang lebih luas, ghibah dan namimah telah lama dijadikan senjata adu domba. Musuh tak perlu repot menyerang dari luar kalau kita bisa dibuat saling mencurigai dan bertengkar sendiri. Bukankah sejarah telah membuktikan, perpecahan suatu bangsa sering kali bermula dari fitnah yang dibiarkan tumbuh subur?
Lawan dengan Sikap Bijak
Menjaga lisan lebih sulit daripada menjaga dompet di keramaian. Tapi bukan berarti tak bisa. Ada beberapa jurus ampuh untuk menangkal kebiasaan buruk ini:Filter Sebelum Bicara – Sebelum menyebarkan info, tanyakan pada diri sendiri: Apakah ini benar? Apakah ini perlu? Apakah ini bermanfaat? Kalau tidak, lebih baik diam.
Jangan Jadi Kipas Angin – Saat ada orang yang mulai menggunjing, jangan ikut meniup api. Lebih baik alihkan topik ke hal yang lebih produktif, misalnya membahas peluang bisnis atau tips hidup sehat.
Bangun Budaya Saling Mengingatkan – Tegur dengan cara yang baik. Bukan dengan marah-marah, tapi dengan candaan ringan atau sindiran halus yang menyadarkan.
Tingkatkan Kualitas Diri – Orang yang sibuk dengan ilmu, ibadah, dan hal produktif biasanya tidak punya waktu untuk mengurus urusan orang lain.
Mulai dari Diri Sendiri
Mencegah ghibah dan namimah bukan tugas orang lain, tapi tugas kita semua. Jangan menunggu orang lain berubah, tapi mulailah dari diri sendiri.Ingat, ucapan kita adalah cerminan hati kita. Jika ingin bangsa ini kuat dan bersatu, mari jaga lisan, sebarkan kebaikan, dan hentikan kebiasaan meracuni hati.
Sebab, kalau kita tak bisa berkata baik, lebih baik kita pesan kopi dan nikmati senja tanpa mengusik siapa-siapa.
24 Ramadhan 1446 H.
Sanitsaka