Notification

×

Iklan

Iklan

Harimau Sumatera Terperangkap di Taruyan - Agam, Akhirnya Dievakuasi ke Taman Margasatwa Bukittinggi

13 Maret 2025 | 08:03 WIB Last Updated 2025-03-13T11:11:49Z


Agam, pasbana – Seekor Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang diduga telah memangsa ternak warga di Taruyan, Nagari Tigobalai, Kecamatan Matur, Kabupaten Agam, akhirnya berhasil terperangkap dalam kandang jebak yang dipasang oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat.

Harimau betina berusia 3-4 tahun tersebut berhasil diamankan pada Rabu (12/3) dan telah dievakuasi ke Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan (TMSBK) Bukittinggi untuk menjalani observasi lebih lanjut.

Harimau yang diberi nama Simaung ini terperangkap pada Selasa malam (11/3) sekitar pukul 20.30 WIB. Menurut Ade Putra, Kepala Resor Konservasi Wilayah II Maninjau BKSDA Sumbar, Simaung merupakan harimau ketiga yang berhasil dievakuasi dalam kondisi hidup dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.

 “Harimau ini masih remaja dan belum pernah melahirkan. Kondisinya sehat, meski mengalami cacat di kaki kiri depan akibat jerat,” ujar Ade. 

Cacat yang dialami Simaung, berupa jari kaki depan sebelah kiri yang buntung, diduga menjadi penyebab menurunnya kemampuan berburu satwa tersebut. 




“Kondisi fisiknya yang tidak sempurna membuat tingkat survival atau kemampuan berburu mangsa alaminya menurun. Ini mungkin yang mendorongnya mencari mangsa yang lebih mudah, seperti ternak warga,” jelas Ade.

Konflik Satwa dan Upaya Penanganan

Konflik antara Harimau Sumatera dengan warga Taruyan telah berlangsung selama kurang lebih satu tahun. Antonius Vevri, Kepala Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Sumbar, mengungkapkan bahwa laporan mengenai hewan ternak warga yang mati akibat serangan harimau telah diterima sejak awal pekan lalu. 

“Kami menerima laporan dari wali nagari Tigobalai tentang ternak warga yang mati diduga dimangsa harimau. Tim kemudian melakukan monitoring dan memasang kandang jebak,” kata Anton.

Lokasi pemasangan kandang jebak tersebut berada sekitar 100 meter dari pemukiman warga. Pada malam Selasa (11/3), tim BKSDA mendengar kegaduhan dari arah kandang jebak. 

“Karena waktu itu malam, kami menunggu hingga pagi. Paginya, kami mendengar suara raungan dari kandang dan memastikan bahwa harimau tersebut telah terperangkap,” lanjut Anton.

Harimau yang terperangkap ini diduga merupakan harimau yang sebelumnya muncul di kawasan Pasialaweh dan Kototinggi, Kabupaten Limapuluh Kota.

 “Kami memperkirakan ini adalah harimau yang sama yang pernah berkonflik dengan warga di daerah tersebut,” ujar Anton.

Observasi dan Masa Depan Simaung

Setelah dievakuasi, Simaung kini berada di TMSBK Bukittinggi untuk menjalani observasi. Menurut drh. Yoli, Ketua Tim Konservasi Flora dan Fauna TMSBK, kondisi umum harimau tersebut cukup baik meski terdapat beberapa luka di tubuhnya. 

“Luka-luka tersebut mungkin disebabkan oleh goresan saat di kandang atau selama proses evakuasi, tapi semuanya bisa ditangani,” jelas Yoli.

Yoli juga menambahkan bahwa Simaung belum pernah melahirkan, yang terlihat dari kondisi fisiknya. “Dari puting susunya, kami memperkirakan harimau ini masih muda dan belum pernah melahirkan,” ujarnya. 




Namun, luka bekas jerat di kaki kirinya menjadi perhatian utama. “Telapak kaki kirinya terkelupas dan terdapat lecet-lecet di bagian belakang. Ini kemungkinan sisa dari jerat yang pernah mengenainya,” terang Yoli.

Ke depan, tim BKSDA akan terus memantau kemampuan berburu Simaung. “Jika harimau ini tidak mampu berburu di alam liar, kemungkinan besar akan dititipkan di TMSBK sebagai indukan,” kata Ade. Proses observasi ini diperkirakan akan memakan waktu beberapa bulan.

Akhir Keresahan Warga

Terperangkapnya Simaung diharapkan dapat mengakhiri keresahan warga Taruyan yang telah lama mengalami konflik dengan satwa dilindungi ini. Selama setahun terakhir, puluhan hewan ternak warga seperti kambing, sapi, dan kerbau dilaporkan mati akibat serangan harimau. 

“Kami berharap dengan tertangkapnya harimau ini, warga bisa kembali tenang dan aktivitas mereka tidak terganggu lagi,” ujar Anton.

Upaya konservasi dan penanganan konflik satwa liar seperti ini menjadi penting mengingat status Harimau Sumatera yang terancam punah. Menurut data terbaru dari International Union for Conservation of Nature (IUCN), populasi Harimau Sumatera di alam liar diperkirakan hanya tersisa sekitar 400-600 individu.

 Upaya penyelamatan dan rehabilitasi seperti yang dilakukan terhadap Simaung menjadi langkah krusial dalam menjaga kelestarian satwa langka ini.

Dengan adanya penanganan yang tepat dari BKSDA dan TMSBK, diharapkan Simaung dapat pulih dan memiliki masa depan yang lebih baik, baik di alam liar maupun di bawah pengawasan manusia. Makin tahu Indonesia. (Rel/bd) 

IKLAN


×
Kaba Nan Baru Update