Notification

×

Iklan

Iklan

Indonesia Airlines: Terbang Tinggi dari Aceh ke Singapura, Menyambung Jejak Kejayaan Samudera Pasai

13 Maret 2025 | 07:01 WIB Last Updated 2025-03-13T00:24:17Z


Pasbana - Ada yang menarik dari langit Asia Tenggara belakangan ini. Sebuah maskapai baru, Indonesia Airlines, tiba-tiba muncul dengan gaya yang cukup mengejutkan.

Bukan hanya karena namanya yang sarat akan identitas kebangsaan, tapi juga karena lokasi kantor pusatnya yang justru berada di Singapura.

Ya, Singapura! Negeri kecil yang terkenal dengan Changi Airport-nya itu kini menjadi markas besar maskapai yang mengusung nama besar Indonesia.

Tapi jangan salah, meski berbasis di Singapura, sang CEO adalah putra Aceh asli, Iskandar, lulusan Universitas Syah Kuala.

Nama Iskandar sendiri seperti membawa kita mundur ke masa kejayaan Kerajaan Samudera Pasai, di mana Sultan Iskandar Muda berkuasa dan membawa Aceh menjadi pusat perdagangan dunia.

Kini, sang CEO modern ini seolah ingin mengulang sejarah, membawa nama Aceh—dan tentu saja Indonesia—kembali ke panggung dunia.

Dari Seuleuwah ke Indonesia Airlines: Sebuah Nostalgia yang Mengharukan


Bagi yang belum tahu, Indonesia Airlines seolah menjadi penghubung antara masa lalu dan masa kini.

Maskapai ini mengingatkan kita pada Seuleuwah, pesawat pertama yang dibeli oleh rakyat Aceh untuk Indonesia pada era 1940-an.

Saat itu, rakyat Aceh rela mengumpulkan emas dan harta benda mereka demi membeli pesawat untuk mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Kini, Indonesia Airlines hadir sebagai simbol baru, seolah ingin mengatakan, “Kami siap terbang tinggi lagi!”

Aceh: Bukan Sekadar Cerita Lama


Seringkali Aceh dianggap sebagai daerah yang “tertinggal”. Tapi, coba tanyakan pada mereka yang pernah menginjakkan kaki di tanah rencong ini.

Aceh bukanlah daerah yang bisa dipandang sebelah mata. Dengan letak geografisnya yang strategis—berhadapan langsung dengan Samudera Hindia dan berdekatan dengan Singapura serta Malaysia—Aceh memiliki potensi besar menjadi pusat ekonomi dunia.

Iskandar, sang CEO, seolah ingin membuktikan bahwa Aceh bukan hanya tentang tsunami atau konflik masa lalu.

Aceh adalah tentang kekuatan, ketahanan, dan semangat untuk bangkit. Dengan Indonesia Airlines, ia ingin menunjukkan bahwa Aceh—dan Indonesia—bisa bersaing di kancah global.

Singapura sebagai Panggung Dunia

Memilih Singapura sebagai basis operasi mungkin terdengar kontroversial bagi sebagian orang. Tapi, mari kita lihat dari sudut pandang bisnis.

Singapura adalah salah satu hub penerbangan terbesar di dunia. Dengan berbasis di sana, Indonesia Airlines bisa lebih mudah menjangkau pasar internasional.

Ini adalah langkah cerdas untuk sebuah maskapai yang ingin cepat dikenal dunia.

Tapi, jangan khawatir, meski berbasis di Singapura, Indonesia Airlines tetap mengusung semangat Indonesia. Nama maskapai ini sendiri adalah bukti nyata bahwa identitas kebangsaan tak boleh luntur, meski kita sedang bermain di panggung global.

Terbang Tinggi, Membawa Harapan


Kehadiran Indonesia Airlines bukan sekadar tentang bisnis penerbangan. Ini adalah tentang mimpi, tentang kejayaan yang pernah hilang dan kini ingin diraih kembali.

Aceh, dengan segala sejarah gemilangnya, seolah ingin berkata, “Kami masih ada, dan kami siap bersaing.”

Jadi, siap-siap lah melihat Indonesia Airlines melintasi langit dunia. Siapa tahu, suatu hari nanti, kita akan melihat maskapai ini menjadi salah satu yang terbesar di Asia Tenggara, atau bahkan dunia.

Dan ketika itu terjadi, ingatlah, ini semua bermula dari Aceh—daerah yang sering dianggap “tertinggal”, tapi nyatanya selalu punya cara untuk membuat dunia terkesima.

Selamat terbang, Indonesia Airlines! Semoga kau bisa membawa kita semua ke puncak kejayaan, seperti dulu Sultan Iskandar Muda membawa Aceh ke puncak keemasan.✈️

IKLAN


×
Kaba Nan Baru Update