Notification

×

Iklan

Iklan

Maiyatullah: Ketika Allah Menjadi "Sekutu" Terbaikmu

28 Maret 2025 | 17:44 WIB Last Updated 2025-03-28T16:58:37Z

"Allah tak butuh kita, tapi kitalah yang butuh kebersamaan-Nya." – Ustadz Salim A. Fillah

Pasbana - Pernahkah Anda merasa sendirian di tengah badai hidup? Seperti sedang berjalan di lorong gelap tanpa cahaya?  

Faktanya, kita tak pernah benar-benar sendiri. Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa membersamai kita—dalam pengawasan-Nya, dalam rezeki-Nya, bahkan dalam detak jantung kita. 

Tapi, tahukah Anda bahwa ada level kebersamaan yang lebih intim? Sebuah privilege istimewa di mana Allah tak sekadar mengawasi, tapi turun tangan langsung menolong, membela, dan mendukung hamba-Nya.  

Inilah yang disebut maiyatullah khassah—kebersamaan khusus Allah dengan hamba pilihan-Nya.  

Maiyatullah "Basic" vs. Maiyatullah "Premium"


Setiap makhluk—bahkan semut di balik batu—mendapatkan maiyatullah ammah (kebersamaan umum). Allah mengawasi, memberi rezeki, dan mengatur hidup semua ciptaan-Nya, tanpa pandang iman atau kekafiran.  

 "Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya…" (QS. Hud: 6)  

Tapi, ada yang lebih dari sekadar pengawasan dan rezeki. Ada maiyatullah khassah—ketika Allah menjadi backstage director dalam hidup seseorang. Ia tak hanya melihat, tapi turun tangan. Tak hanya memberi, tapi memastikan hamba-Nya menang.  

Contoh nyata? Kisah Nabi Muhammad dan Abu Bakar di Gua Tsur. Saat musuh hampir menemukan mereka, Rasulullah berbisik: "Jangan sedih, Allah bersama kita." Dan Allah membuktikannya—Dia mengaburkan pandangan musuh, mengirim bantuan tak terlihat.  


Apa "Password"-nya?


Lalu, bagaimana mendapatkan privilege ini?  

1. Muraqabatullah – Merasa selalu diawasi.  

Seperti penggembala jujur yang diuji Umar bin Khattab. Meski majikannya tak melihat, ia menolak menipu karena yakin Allah mengawasi. Hasilnya? Hidupnya diangkat derajatnya.  

2. Ihsanullah – Menyadari setiap nikmat datang dari-Nya.  

   Buya Hamka berkata: "Kebaikan Allah padamu tak terhitung. Maka, berbuat baiklah pada sesama sebagaimana Dia berbuat baik padamu."

3. Ketaatan Total – Bukan sekadar ritual, tapi hidup yang tunduk pada-Nya.  


"Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, sungguh dia menang dengan kemenangan yang agung." (QS. Al-Ahzab: 71)  

Ketika Manusia Lupa: Kisah Para Pendusta Nikmat


Di sisi lain, ada yang hidup seolah-olah Allah tak ada. Mereka kufur nikmat, lalai, dan tenggelam dalam maksiat.  

Ibnu Katsir menggambarkan mereka: "Pandai menghitung berat koin di tangan, tapi lupa menghitung amal untuk akhirat."

Mereka dapat maiyatullah ammah, tapi kehilangan khassah. Mereka dapat rezeki, tapi tak dapat pertolongan.  

Mengapa Maiyatullah Khassah Begitu Dahsyat?


Karena ini bukan sekadar teori. Ini janji Allah:  

"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan jalan-jalan Kami." (QS. Al-Ankabut: 69)  

Orang-orang seperti ini akan:  
- Diberi solusi di saat buntu.  
- Ditolong saat terpojok.  
- Diberi kemenangan meski secara matematika mustahil.  

Pertanyaannya sekarang: Maukah kita menjadi hamba yang "layak" didampingi Allah secara khusus?


28 Ramadhan 1446 H.
Sanitsaka

IKLAN


×
Kaba Nan Baru Update