Notification

×

Iklan

Iklan

Mengenal Segitiga Exposure: Kunci Dasar Fotografi yang Harus Dikuasai

09 Maret 2025 | 07:50 WIB Last Updated 2025-03-09T05:58:52Z


Padang Panjang, pasbana – Komunitas Seni Kuflet kembali menggelar diskusi mingguan bertajuk "Dasar Pengambilan Gambar" pada Sabtu (8/3/2025) di Sekretariat Komunitas Seni Kuflet. 

Diskusi kali ini menghadirkan Abdullah Ahmad Gufron, mahasiswa Fotografi Semester VI Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang, sebagai pemateri. Acara yang dimoderatori oleh Ravi Permana Putra ini membahas pentingnya memahami Segitiga Exposure dalam fotografi.

Menurut Siti Nuratikah, Kabid Pelatihan Komunitas Seni Kuflet, diskusi ini merupakan bagian dari upaya komunitas untuk meningkatkan kompetensi anggota dalam bidang fotografi. "Kami ingin anggota kami tidak hanya bisa memotret, tetapi juga memahami dasar-dasar teknis yang mendukung hasil foto yang berkualitas," ujarnya.




Abdullah Ahmad Gufron, pemateri dalam diskusi tersebut, menjelaskan bahwa Segitiga Exposure adalah konsep fundamental dalam fotografi yang terdiri dari tiga elemen utama: ISO, Shutterspeed (kecepatan rana), dan Diafragma (aperture). 

"Ketiga elemen ini saling berhubungan dan menentukan seberapa banyak cahaya yang masuk ke sensor kamera. Memahami hubungan antara ketiganya adalah kunci untuk menghasilkan foto yang baik," papar Gufron.

Gufron menambahkan, ISO mengatur sensitivitas sensor kamera terhadap cahaya, Shutterspeed menentukan seberapa lama sensor terkena cahaya, dan Diafragma mengatur seberapa besar bukaan lensa.

 "Sebagai fotografer, kita harus bisa menyeimbangkan ketiganya sesuai dengan kondisi pencahayaan dan efek yang ingin dihasilkan," jelasnya.




Salah satu peserta diskusi, Petir, menanyakan teknik yang tepat untuk menghasilkan foto dengan efek bokeh (latar belakang blur) sempurna, namun objek utama tetap terlihat jelas. 

Gufron menjawab, teknik yang bisa digunakan adalah slowmotion dengan mengatur ISO standar, Shutterspeed rendah, dan Diafragma yang disesuaikan dengan kebutuhan. "Dengan Shutterspeed rendah, kita bisa menangkap gerakan objek secara halus, sementara Diafragma yang lebar akan menciptakan efek bokeh yang indah," ujarnya.

Pertanyaan lain datang dari Ravi, yang mempertanyakan apakah setting auto atau manual yang lebih baik untuk menangkap momen penting yang tidak bisa terulang. Gufron menegaskan, pemahaman terhadap Segitiga Exposure adalah kuncinya. 

"Jika kita sudah mahir mengatur ISO, Shutterspeed, dan Diafragma secara manual, kita bisa lebih fleksibel dan cepat menyesuaikan setting kamera sesuai kondisi lapangan. Ini sangat penting saat kita harus menangkap momen yang hanya terjadi sekali," jelasnya.

Gufron juga menekankan pentingnya praktik langsung dalam mempelajari Segitiga Exposure. "Teori saja tidak cukup. Fotografer harus sering-sering mencoba berbagai kombinasi ISO, Shutterspeed, dan Diafragma untuk memahami bagaimana ketiganya bekerja sama," ujarnya. 

Ia menambahkan, eksplorasi dan eksperimen adalah cara terbaik untuk mengasah kemampuan teknis dalam fotografi.




Diskusi ini tidak hanya memberikan wawasan teknis bagi anggota Komunitas Seni Kuflet, tetapi juga menegaskan bahwa fotografi adalah gabungan antara seni dan ilmu. Memahami Segitiga Exposure bukan hanya tentang menguasai alat, tetapi juga tentang mengasah kepekaan terhadap cahaya, momen, dan komposisi.

"Kami berharap diskusi seperti ini bisa terus berlanjut dan memberikan manfaat bagi anggota komunitas, terutama yang ingin mendalami fotografi lebih serius," tutup Siti Nuratikah.

Dengan pemahaman yang baik terhadap Segitiga Exposure, fotografer pemula maupun profesional dapat menghasilkan karya yang tidak hanya indah, tetapi juga memiliki nilai artistik dan teknis yang tinggi. (*/Petir)

IKLAN


×
Kaba Nan Baru Update