Pasbana - Hidup ini ibarat pertarungan antara dua kekuatan: yang satu menarik kita ke atas, menuju kebaikan, sementara yang lain menggoda kita untuk terjatuh ke dalam jurang keburukan. Ya, kita semua punya “monster” dalam diri—hawa nafsu—yang kerap menggoda untuk memuaskan keinginan sesaat.
Tapi, sebagai manusia beriman, kita punya senjata ampuh: Mujahadatun Linafsihi, atau upaya serius untuk mengendalikan hawa nafsu agar tunduk pada aturan Ilahi.
Rasulullah SAW pernah bersabda, “Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran Islam).” (HR. Hakim).
Bayangkan, iman kita dipertaruhkan di sini. Kalau hawa nafsu masih jadi bos, kita hanya jadi “karyawan” yang bekerja untuk kepentingan sesaat. Padahal, hidup ini terlalu berharga untuk dihabiskan hanya dengan menuruti keinginan yang tak ada habisnya.
Surga Menanti yang Mampu Menjinakkan “Monster”
Allah SWT berfirman, “Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).” (QS. An-Nazi’at: 40-41).
Ayat ini seperti janji manis: siapa yang bisa mengendalikan nafsunya, tiket surga sudah menanti.
Tapi, jangan salah, mengendalikan hawa nafsu bukan perkara mudah. Lihat saja Nabi Yusuf AS. Dihadapkan pada godaan berat dari istri pembesar Mesir, beliau hampir terjatuh. Tapi, dengan kekuatan iman, beliau berhasil lolos. Allah berfirman, “Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.” (QS. Yusuf: 24).
Nah, kalau Nabi Yusuf saja hampir tergoda, apalagi kita? Tapi, inilah tantangannya: kekuatan sejati bukan terletak pada fisik, tapi pada kemampuan mengendalikan diri.
Rasulullah SAW pernah menyampaikan, “Orang yang kuat bukanlah orang yang menang dalam pergulatan, tetapi orang yang kuat adalah orang yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dari Umar bin Khattab sampai Imam Syafi’i: Kisah Para Penakluk Nafsu
Mari belajar dari para pendahulu kita. Umar bin Khattab RA, misalnya. Sebelum masuk Islam, beliau dikenal sebagai sosok keras dan pemarah. Tapi, setelah memeluk Islam, beliau berubah total. Umar bahkan pernah berkata, “Aku tidak menuruti hawa nafsuku dalam kebaikan, apalagi dalam keburukan.”
Lalu ada Imam Syafi’i, ulama besar yang memilih hidup sederhana. Beliau pernah berkata, “Aku tidak pernah kenyang selama 16 tahun karena kenyang itu membuat badan menjadi berat, hati menjadi keras, dan mengurangi kecerdasan.”
Bayangkan, demi menjaga kualitas ibadah dan ilmu, beliau rela menahan diri dari makan berlebihan.
Godaan Zaman Now: Scroll Media Sosial atau Baca Al-Qur’an?
Di era digital seperti sekarang, godaan hawa nafsu semakin canggih. Media sosial, misalnya, bisa bikin kita lupa waktu. Scroll-scroll berjam-jam, eh, lupa shalat atau baca Al-Qur’an. Atau, budaya konsumtif yang bikin kita boros belanja online.
Mujahadatun Linafsihi jadi kunci untuk bertahan di tengah arus godaan ini. Misalnya, ketika dihadapkan pada pilihan: scrolling Instagram atau membaca Al-Qur’an, mana yang kita pilih?
Ingatlah firman Allah: “Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.” (QS. Shad: 26).
Tips Praktis Menjinakkan “Monster” Nafsu
1. Perbanyak Ibadah dan Dzikir
Ibadah dan dzikir adalah “vitamin” untuk hati. Semakin sering kita mendekatkan diri pada Allah, semakin mudah mengendalikan nafsu.
2. Bergaul dengan Orang Shaleh
Lingkungan punya pengaruh besar. Bergaul dengan orang shaleh akan membantu kita tetap istiqamah.
3. Muhasabah Diri
Setiap malam, evaluasi diri: “Hari ini, apakah aku menang atau kalah melawan hawa nafsu?”
4. Baca Kisah Inspiratif
Kisah para nabi, sahabat, dan ulama bisa jadi motivasi. Mereka sudah membuktikan, melawan nafsu itu mungkin!
5. Berdoa
Mintalah pertolongan Allah. Seperti doa Nabi Yusuf: “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka.” (QS. Yusuf: 33).
Perjuangan yang Tak Pernah Usai
Mujahadatun Linafsihi adalah perjuangan seumur hidup. Tapi, hasilnya sepadan: ketenangan hati, kemuliaan hidup, dan ridha Allah.
Mari terus berusaha mengendalikan hawa nafsu, meneladani para pendahulu, dan menjadikan hidup ini sebagai ladang amal.
Seperti firman Allah: “Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”(QS. Al-Anfal: 46).
Jadi, siapkah kamu menjinakkan “monster” dalam dirimu?
17 Ramadhan 1446 H.
Sanitsaka