Pasbana - Di era di mana informasi membanjiri layar ponsel kita lebih cepat daripada kecepatan kita menyelesaikan secangkir kopi, menjadi muslim yang hanya sekadar “ikut arus” sudah tidak cukup.
Islam tidak hanya mengajarkan kita untuk rajin shalat dan puasa, tapi juga mendorong kita untuk berpikir cerdas dan mendalam.
Ya, berpikir itu bukan sekadar aktivitas otak biasa, tapi sebuah kewajiban yang bisa membuat kita naik kelas dari sekadar “muslim biasa” menjadi “muslim paripurna”. Inilah yang disebut Mutsaqqoful Fikri—berpikir cemerlang.
Allah SWT sudah menjelaskan dalam Al-Qur’an:
"Katakanlah: 'Samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui?' Sesungguhnya hanya orang yang berakal yang dapat menerima pelajaran." (QS. Az-Zumar: 9)
Jadi, kalau kita malas mikir, jangan heran kalau kita jadi mudah tertipu hoaks atau terjebak dalam keputusan gegabah. Berpikir cemerlang itu bukan hanya untuk para filsuf atau ilmuwan, tapi untuk semua muslim yang ingin hidupnya berkah dunia-akhirat.
Al-Qur’an dan Hadits: Manual Panduan Berpikir Cemerlang
Al-Qur’an itu ibarat buku panduan hidup yang lengkap. Di dalamnya, Allah SWT sering banget ngajak kita untuk mikir. Misalnya, dalam QS. Ali Imran: 190-191, Allah menyampaikan:
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal."
Jadi, ketika kita melihat langit biru atau bintang-bintang di malam hari, itu bukan sekadar pemandangan indah, tapi juga ajakan untuk berpikir.
Kenapa langit biru? Kenapa bintang bersinar? Ini semua adalah tanda-tanda kebesaran Allah yang harus kita renungkan.
Rasulullah SAW juga nggak kalah keren. Beliau pernah menyampaikan:
"Barangsiapa yang ingin mendapatkan kebahagiaan dunia, maka harus dengan ilmu. Barangsiapa yang ingin mendapatkan kebahagiaan akhirat, maka harus dengan ilmu. Dan barangsiapa yang ingin mendapatkan keduanya, maka harus dengan ilmu." (HR. Bukhari)
Jadi, kalau kita pengen bahagia di dunia dan akhirat, kuncinya adalah ilmu. Dan ilmu nggak akan datang kalau kita malas mikir. Berpikir cemerlang itu ibarat kunci yang membuka pintu kebahagiaan.
Para Sahabat dan Ulama: Mereka yang Otaknya “Ngebut”
Kalau kita lihat sejarah Islam, para sahabat Nabi dan ulama itu adalah orang-orang yang otaknya “ngebut”. Mereka nggak cuma pintar ngaji, tapi juga piawai dalam memecahkan masalah.
Ambil contoh Umar bin Khattab RA. Beliau itu pemimpin yang visioner. Ketika ada tanah hasil penaklukan, beliau nggak langsung bagi-bagi ke rakyat, tapi menjadikannya sebagai sumber pendapatan negara untuk kesejahteraan umat. Keputusan ini diambil setelah beliau mikir matang-matang tentang maslahat jangka panjang.
Lalu ada Imam Syafi’i, salah satu imam mazhab terkemuka. Beliau pernah bilang, "Ilmu itu bukanlah apa yang dihafal, tetapi apa yang bermanfaat." Jadi, ilmu itu bukan sekadar teori yang kita hafal, tapi bagaimana kita mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Mutsaqqoful Fikri di Era Digital: Jangan Cuma Scroll, Tapi Mikir!
Di zaman sekarang, informasi itu ibarat air bah yang mengalir deras. Tapi, nggak semua informasi itu benar dan bermanfaat.
Di sinilah Mutsaqqoful Fikri menjadi sangat penting. Sebagai muslim, kita harus bisa menyaring informasi, menganalisisnya, dan mengambil keputusan yang tepat.
Misalnya, ketika ada berita hoaks tentang agama, jangan langsung share sebelum kita cek kebenarannya. Atau ketika ada isu-isu kontemporer seperti radikalisme atau masalah lingkungan, kita harus berpikir jernih dan objektif. Jangan sampai kita terjebak dalam emosi atau fanatisme buta.
Contoh lain adalah dalam menghadapi perkembangan teknologi. Sebagai muslim, kita harus bisa memanfaatkan teknologi untuk kebaikan. Misalnya, menggunakan media sosial untuk dakwah atau memanfaatkan ilmu pengetahuan untuk kemaslahatan umat. Rasulullah SAW pernah menyampaikan:
"Barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga." (HR. Muslim)
Jadi, jangan cuma scroll-scroll di media sosial, tapi gunakanlah untuk mencari ilmu dan berdakwah.
Tips Mengasah Mutsaqqoful Fikri ala Muslim Zaman Now
1. Baca dan Cari Ilmu:
Al-Qur’an adalah sumber ilmu utama. Baca dan pelajari dengan serius. Jangan cuma baca status orang di medsos.
2. Refleksi dan Tafakkur: Luangkan waktu untuk merenungkan ciptaan Allah. Misalnya, ketika melihat langit, coba pikirkan bagaimana Allah menciptakannya.
3. Diskusi dan Bertukar Pikiran: Diskusi dengan orang lain akan memperkaya perspektif kita. Jangan jadi orang yang sok tahu sendiri.
4. Pelajari Kisah Teladan:
Kisah para nabi, sahabat, dan ulama adalah sumber inspirasi. Belajar dari mereka yang sudah sukses.
5. Aplikasikan Ilmu: Ilmu yang nggak diamalkan ibarat pohon tanpa buah. Praktikkan ilmu untuk kebaikan diri dan orang lain.
Jadilah Muslim yang Otaknya “Nyala”
Mutsaqqoful Fikri adalah ciri muslim yang paripurna. Dengan berpikir cemerlang, kita nggak cuma bisa menyelesaikan masalah duniawi, tapi juga mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Jadi, mari kita terus mengasah kemampuan berpikir kita, menjadikan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai pedoman, serta meneladani para pendahulu kita yang sudah membuktikan keagungan Islam melalui pemikiran mereka.
"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat." (QS. Al-Mujadilah: 11)
Semoga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang menggunakan akalnya untuk meraih ridha Allah SWT.
Jadi, jangan cuma otot yang kuat, otak juga harus nyala!
16 Ramadhan 1446 H.
Sanitsaka