Pasbana - Dalam dunia yang serba cepat ini, kita sering terjebak dalam rutinitas ibadah tanpa benar-benar memahami esensinya. Ibarat seorang pilot yang terbang tanpa peta, kita bisa tersesat di tengah awan kesalahan, meski niat kita tulus.
Umar bin Abdul Aziz pernah mengingatkan, “Bekerja tanpa ilmu, mudaratnya lebih besar daripada manfaatnya.”
Nah, bayangkan jika kita beramal tanpa pemahaman, bukankah itu seperti memasak tanpa resep? Hasilnya? Bisa-bisa kita malah menyajikan racun di atas piring ibadah.
Kita mungkin mengenal Khawarij, kelompok yang dikenal ahli ibadah dan pakar agama. Tapi, mereka tergelincir dalam pemahaman. Ini membuktikan bahwa banyaknya hafalan dan amalan bukanlah tolok ukur keutamaan. Yang penting adalah pemahaman yang mendalam.
Seperti kata HR. Tirmidzi, “Satu orang yang faqih (paham) lebih berat bagi setan daripada seribu ahli ibadah.” Bayangkan, setan pun lebih memilih menghadapi seribu ahli ibadah daripada satu orang yang paham. Jadi, siapa bilang setan tidak punya preferensi?
Umar bin Khattab juga pernah berkata, “Kematian seribu ahli ibadah yang shalat setiap malam dan berpuasa di siang hari lebih ringan daripada kematian seorang ahli yang paham halal dan haram.”
Ini seperti mengatakan, lebih baik memiliki satu dokter yang paham betul tentang penyakit daripada seribu orang yang hanya bisa memberikan obat tanpa tahu efek sampingnya.
Hafalan itu baik, tapi tanpa pemahaman, ia seperti tubuh tanpa ruh. Pemahaman adalah ruhnya. Allah SWT bahkan melebihkan satu nabi atas nabi lainnya berdasarkan kedalaman pemahaman (Al-Anbiya' 79). Lihatlah Ibnu Abbas, meski masih muda, ia dimuliakan melebihi tokoh-tokoh tua karena pemahaman mendalam yang Allah anugerahkan padanya. Ini membuktikan bahwa usia bukanlah patokan, tapi kedalaman pemahamanlah yang menentukan.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah mengatakan, “Nikmat terbesar setelah Islam adalah kepahaman.” Jadi, setelah kita bersyahadat, langkah berikutnya adalah memahami. Pemahaman (Al-Fahmu) menempati urutan pertama dalam Arkanul Bai'ah.
Lalu, apa yang harus kita pahami? Minimal 20 prinsip pokok, atau dalam bahasa Arab disebut Ushulul Isyrin.
Jadi, sahabat, mari kita tidak hanya sibuk beribadah, tapi juga memahami apa yang kita kerjakan. Karena, ibadah tanpa pemahaman ibarat berlari di tempat: capek, tapi tidak maju-maju. Selamat mengejar pemahaman, karena itu adalah senjata ampuh melawan kesalahan yang terselubung ibadah.
1 Ramadhan 1446 H.
Wo Kasbi