Pasbana – Ada yang berbeda dengan Ramadhan tahun ini. Atau justru nothing’s changed?
Kita masih berpuasa, masih menahan lapar dari subuh hingga maghrib. Tapi, apakah kita juga masih menahan diri dari gosip di grup WhatsApp?
Masihkah kita tergoda untuk scroll timeline medsos yang tak ada faedahnya, sementara Al-Qur’an di meja berdebu karena jarang dibuka?
Allah SWT sudah menggelar “sale besar-besaran” pahala, menggandakan setiap kebaikan, membelenggu setan, dan membuka lebar pintu ampunan.
Tapi, seperti flash sale yang kita lewatkan karena sibuk refresh tanpa beli apa-apa, Ramadhan bisa berlalu begitu saja—tanpa bekas.
Lalu, jika Ramadhan—bulan yang Allah istimewakan dengan segala kemudahan ini—tidak juga mengubah kita, what’s next?
Ketika Rahmat Jadi Rutinitas
Kita tahu teori: Ramadhan adalah madrasah ruhani. Tapi praktiknya? Bisa jadi kita hanya mengganti jadwal makan, bukan upgrade diri.
Allah berfirman:
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah diri mereka sendiri." (QS. Ar-Ra’d: 11)
Artinya, perubahan tak akan datang by default hanya karena kita puasa. Ia butuh kesadaran, effort, dan konsistensi.
Pertanyaannya: Apa bedanya puasa kita tahun ini dengan tahun lalu? Jika jawabannya “hampir sama”, maka inilah alarm yang harus kita dengarkan.
Ramadhan Bukan Sekadar Tradisi Tahunan
Seperti software update, Ramadhan seharusnya menjadi upgrade spiritual. Tapi seringkali, kita hanya menjalankannya seperti ritual tahunan—sekadar menunggu waktu berbuka, tarawih ala kadarnya, dan sesekali sedekah jika ingat.
Padahal, Rasulullah SAW mengingatkan:
"Betapa banyak orang yang berpuasa, tapi tidak mendapat apa-apa dari puasanya kecuali lapar dan dahaga." (HR. Ibnu Majah)
Mungkin inilah yang terjadi: Kita berpuasa, tapi tidak transform. Kita menahan lapar, tapi tidak menahan lisan dari ghibah. Kita bangun sahur, tapi tidak bangun hati dari kelalaian.
Mulai dari yang Kecil, Tapi Konsisten
Perubahan tak harus dramatis. Ia bisa dimulai dari hal-hal sederhana:
1. Quality over Quantity
Tak berusaha khatam Al-Qur’an semaksimal mungkin sambil memahami maknanya. Baca perlahan, resapi, dan coba amalkan satu ayat setiap hari.
2. Digital Detox
Kurangi screen time, ganti dengan tilawah atau self-reflection. Jangan sampai jari lebih sering scroll daripada berzikir.
3. Sedekah yang Meaningful
Tak harus nominal besar. Senyum tulus, membantu tanpa pamer, atau sekadar mendengarkan curhatan orang lain juga sedekah.
4. Evaluasi Diri Sebelum Tidur
Sebelum rebahan usai tarawih, tanya diri: "Apa yang sudah aku perbaiki hari ini?"
Jangan Tunggu “Nanti”
Kita sering berjanji: "Nanti setelah Ramadhan, aku akan…" Tapi, "nanti" adalah kata paling menipu dalam hidup.
Jika bukan sekarang, kapan lagi? Jika bukan di bulan penuh rahmat ini, di bulan apa Allah harus memberi kita kesempatan ekstra?
Seperti kata bijak: "Ramadhan is a boot camp. If you don’t change here, where else will you?"
Sebelum Ramadhan Menjadi Kenangan
Sebelum azan maghrib terakhir Ramadhan berkumandang, sebelum bulan ini pergi meninggalkan kita—again—mari bertanya pada diri:
"Akan seperti apa aku ketika Ramadhan berikutnya tiba? Lebih baik, atau justru tetap di tempat yang sama?"
Allah sudah memberikan panggung terbaik. Sekarang, giliran kita untuk tampil.
*Selamat berproses, selamat bermuhasabah. Semoga Ramadhan kali ini bukan sekadar bulan yang come and go, tapi a true game changer.
Aamiin.....
Taqobbalallahu minna Wa minkum , Taqobbal yaa karim...
30 Ramadhan 1446 H.
Sanitsaka