Notification

×

Iklan

Iklan

Salimul Aqidah: Kokoh di Tengah Badai, Manis di Ujung Iman

11 Maret 2025 | 09:42 WIB Last Updated 2025-03-11T02:42:41Z



Pasbana - Bayangkan hidup ini seperti sebuah bangunan. Tanpa fondasi yang kuat, gedung megah sekalipun akan rubuh diterpa angin kencang. 

Nah, salimul aqidah—aqidah yang bersih—adalah fondasi itu. Ia bukan sekadar keyakinan di hati, melainkan akar yang menghujam dalam, memberi kekuatan bagi pohon keimanan untuk tumbuh subur dan berbuah manis. 

Tanpanya, kita ibarat daun kering yang mudah terbang kesana-kemari, terombang-ambing oleh godaan dunia yang tak pernah habis.

Allah Swt berfirman:  
Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS Al-An’am: 162).  

Ayat ini bukan sekadar kalimat indah, tapi semacam "GPS" kehidupan. Ia mengingatkan kita bahwa segala gerak-gerik, dari bangun tidur hingga kembali ke peraduan, haruslah bermuara pada-Nya. 

Tapi, bagaimana mungkin kita bisa konsisten jika aqidah kita keropos, penuh bolong-bolong syirik dan penyimpangan?

Aqidah: Bukan Cuma Teori, Tapi Praktik Nyata


Salimul aqidah bukan sekadar urusan hati yang tersembunyi. Ia adalah landasan bagi setiap langkah kita. Rasulullah Saw, dalam dakwahnya, memulai dari membangun aqidah sebelum mengajarkan syariat. Kenapa? Karena amal ibadah tanpa aqidah yang bersih ibarat mobil mewah tanpa bensin—tidak akan bergerak ke mana-mana.  

Allah Swt berfirman:  
Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.”(QS Al-Kahfi: 110).  

Jadi, kalau ingin amal kita diterima, pastikan dulu aqidah kita bersih dari "virus" syirik.

Kisah Abu Bakar dan Bilal: Aqidah yang Tak Tergoyahkan

Mari belajar dari para sahabat, sang "tim sukses" Rasulullah Saw. Abu Bakar Ash-Shiddiq ra., misalnya. Ketika Rasulullah Saw menceritakan peristiwa Isra’ Mi’raj, banyak yang meragukan. Tapi Abu Bakar? Langsung bilang, “Kalau Rasulullah yang bilang, pasti benar.” Tanpa ragu, tanpa tanya. Itu sebabnya dia dijuluki Ash-Shiddiq—sang pembenar.  

Lalu ada Bilal bin Rabah ra. Bayangkan, di tengah siksaan berat dari majikannya, Umayyah bin Khalaf, Bilal tetap mengucapkan, “Ahad, Ahad” (Allah Maha Esa). Tubuhnya mungkin lelah, tapi imannya tak pernah goyah. Kisahnya ini bukan sekadar cerita heroik, tapi bukti nyata bahwa aqidah yang kuat bisa mengalahkan segala bentuk tekanan.

Imam Ahmad bin Hanbal: Teguh di Tengah Badai Fitnah

Ulama besar seperti Imam Ahmad bin Hanbal juga punya cerita seru. Di masa Khalifah Al-Ma’mun, paham Mu’tazilah yang menyatakan Al-Qur’an sebagai makhluk (ciptaan Allah) sedang naik daun. Tapi Imam Ahmad menolak mentah-mentah. Meski harus menghadapi siksaan fisik dan penjara, dia tetap teguh mempertahankan aqidahnya. Bayangkan, di era sekarang, kita kadang goyah hanya karena trending topic di media sosial. Imam Ahmad? Dia tetap kokoh meski dihujani fitnah.


Al-Qur’an dan Hadits: Panduan Praktis untuk Aqidah Bersih


1. Firman Allah Swt:  
“Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya, ‘Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu sembah, kecuali (Allah) yang telah menciptakanku. Sungguh, Dia akan memberiku petunjuk.’” (QS Az-Zukhruf: 26-27).  
Nabi Ibrahim as. mengajarkan kita untuk membersihkan diri dari segala bentuk kesyirikan. Ini semacam "detoks spiritual" yang wajib kita lakukan.

2. Sabda Rasulullah Saw:
“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat. Jika mereka melakukan itu, maka darah dan harta mereka terlindungi dariku, kecuali dengan hak Islam, dan perhitungan mereka ada pada Allah.” (HR Bukhari dan Muslim).  
Hadits ini mengingatkan kita bahwa aqidah yang benar adalah tiket masuk ke dalam Islam. Tanpanya, kita hanya akan jadi "muslim KTP".

Hikmah: Aqidah Bersih, Hidup Tenang

Dari semua uraian di atas, ada beberapa hikmah yang bisa kita petik:
1. Aqidah yang bersih adalah kunci ketenangan hidup.
Dengan aqidah yang lurus, kita akan selalu merasa dekat dengan Allah Swt, bahkan di tengah badai sekalipun.
2. Aqidah yang benar melahirkan amal yang ikhlas. 
Setiap perbuatan yang dilandasi aqidah bersih akan bernilai ibadah. Jadi, jangan cuma rajin shalat, pastikan juga aqidah kita bersih.
3. Aqidah yang kuat adalah benteng dari godaan dunia. 
Di era digital ini, godaan datang dari segala penjuru. Hanya dengan aqidah yang bersih, kita bisa selamat dari jebakan dunia yang menipu.


Kokohkan Aqidah, Raih Kebahagiaan

Salimul aqidah bukan sekadar teori, tapi praktik hidup yang harus kita jaga setiap hari. Mari meneladani para sahabat, tabiin, dan ulama yang telah membuktikan keteguhan aqidah mereka. Dengan aqidah yang bersih, kita bukan hanya menjadi muslim yang kuat, tapi juga istiqamah dalam menjalani hidup.  
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS Ar-Rum: 30).  

Semoga kita termasuk orang-orang yang senantiasa memelihara kebersihan aqidah dan meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Aamiin.  

Jadi, sudah cek aqidah hari ini?

11 Ramadhan 1446 H.
Sanitsaka

IKLAN


×
Kaba Nan Baru Update