Notification

×

Iklan

Iklan

Arak Babako: Saat Lelaki Minang Mengantar Cinta dengan Rasa Bangga

20 April 2025 | 22:59 WIB Last Updated 2025-04-21T04:20:16Z


Pasbana - Di ranah Minang, pernikahan bukan sekadar ikatan dua insan. Ia adalah pesta adat, perayaan budaya, dan simbol kehormatan keluarga besar. 

Salah satu tradisi yang paling menyentuh hati dalam pernikahan Minangkabau adalah "Arak Babako"—sebuah prosesi unik yang tak hanya megah, tapi juga penuh makna tentang cinta, restu, dan kebanggaan seorang ayah.

"Arak Babako" secara harfiah berarti "arak-arakan dari pihak ayah". Dalam adat matrilineal Minangkabau, garis keturunan memang mengikuti pihak ibu.





Namun bukan berarti sosok ayah kehilangan perannya. Justru lewat Arak Babako, para "mamak" (paman dari pihak ibu) dan ayah kandung si calon pengantin perempuan menunjukkan kasih, restu, dan tanggung jawab mereka.

Tradisi ini biasanya dilakukan sehari sebelum pesta pernikahan. Sang pengantin perempuan diarak dari rumah orang tua atau rumah mamaknya menuju tempat pesta—bisa rumah pengantin pria atau balairung adat. 

Namun yang menarik, arak-arakan ini bukan sekadar jalan ramai-ramai, tapi karnaval kecil yang penuh simbol, iringan musik tradisional, dan atraksi budaya.

Kilauan Songket, Irama Talempong, dan Bingkisan Cinta

Dalam prosesi Arak Babako, sang calon mempelai perempuan akan berbusana lengkap dalam pakaian adat Minang: baju kurung berhias sulaman emas, kain songket mewah, dan suntiang megah di kepala. 

Ia duduk di atas tandu atau pelaminan kecil, diiringi sanak keluarga pria sambil membawa berbagai "bako" atau bingkisan—seperti makanan tradisional, peralatan dapur, bahkan pakaian.




Semua barang yang dibawa itu memiliki makna. Misalnya, sirih lengkap (carano) melambangkan penghormatan dan niat baik. Kue tradisional seperti lamang dan rendang menggambarkan kesiapan keluarga pria untuk menjamu dan menghormati keluarga perempuan.

Tak hanya itu, dentuman talempong (alat musik tradisional Minang dari logam) dan gandang tasa menambah semarak suasana. Anak-anak dan warga sekitar pun ramai menyaksikan, menjadikan Arak Babako semacam "pesta budaya rakyat".

Lebih dari Sekadar Seremonial

Menurut budayawan Minangkabau, Dr. Mestika Zed, tradisi ini menjadi bentuk penghormatan tertinggi dari pihak pria terhadap perempuan dan keluarganya. Dalam sistem adat Minang yang mengedepankan ibu, Arak Babako menyeimbangkan posisi ayah dalam memberikan restu, tanggung jawab, dan pengakuan sosial atas anak perempuannya.

“Tradisi ini menunjukkan bahwa meski tidak menjadi pewaris garis keturunan, sosok ayah tetap memegang peran sentral dalam momen-momen penting,” ungkapnya dalam buku Kebudayaan Minangkabau dalam Tantangan Modernitas (2020).

Jejak Arak Babako di Zaman Modern

Walau zaman terus bergerak maju, Arak Babako tetap lestari, bahkan mulai kembali populer di kalangan generasi muda. Banyak pasangan muda Minang memilih untuk tetap melaksanakan tradisi ini, bahkan menggabungkannya dengan konsep modern seperti wedding organizer dan dokumentasi profesional.




Di media sosial, video-video Arak Babako sering viral, menarik perhatian netizen karena kemegahan dan kehangatannya. Beberapa bahkan menjadi inspirasi bagi pasangan luar Minang yang ingin menyisipkan nuansa tradisional dalam pernikahan mereka.

Warisan yang Perlu Dirawat

Menjaga tradisi seperti Arak Babako bukan sekadar mempertahankan budaya, tapi juga merawat nilai-nilai luhur seperti kebersamaan, penghormatan terhadap orang tua, dan pentingnya restu keluarga.

Masyarakat Minangkabau patut berbangga—mereka punya satu lagi alasan untuk menyebut bahwa adat mereka bukan hanya unik, tapi juga sangat manusiawi dan penuh cinta. Makin tahu Indonesia. (budi)

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update