Pasbana - Mengapa Gaya Investasi Mereka Layak Dicontoh?Di dunia pasar modal Indonesia, nama Lo Kheng Hong (Pak Lo) dan Djoni NGK ibarat magnet yang selalu menarik perhatian.
Keduanya memiliki strategi investasi unik: Pak Lo dikenal sebagai "pemburu saham diskon" dengan fundamental kuat, sementara Djoni baru-baru ini menggempur pasar dengan aksi borong saham undervalued bernuansa corporate action.
Apa rahasia kesuksesan mereka? Bagaimana kita bisa meniru strateginya tanpa perlu modal miliaran? Yuk kita kupas tuntas gaya investasi keduanya, dilengkapi data terbaru dan tips praktis untuk investor retail.
1. Lo Kheng Hong: Raja Saham Diskon dengan Fundamental Kuat
Pak Lo adalah legenda hidup di BEI. Prinsipnya sederhana: "Beli saham bagus saat harganya murah." Ia menyukai saham dengan price-to-book value (PBV) di bawah 1x—artinya harga saham lebih rendah dari nilai buku perusahaan.
Saham Favorit Pak Lo (Per Maret 2025):
- ABMM, GJTL, ANJT: Saham komoditas dan agro dengan valuasi murah.
- BMTR, DILD: Emiten media dan properti yang sedang tertekan pasar.
- NISP, BNGA, BDMN: Saham bank dengan PBV rendah (<1x).
- BBRI, BMRI: Wonderful companies dengan laba dan dividen besar (BBRI bagiikan dividen Rp51 triliun!).
Kunci Sukses Pak Lo:
- Fokus pada laba dan dividen: "Saya beli BBRI karena labanya Rp60 triliun—terbesar di BEI," katanya.
- Sabar menunggu diskon: Ia tak tergoda hype saham, tapi menunggu koreksi untuk masuk.
- Hindari utang tinggi: Perusahaan dengan utang rendah lebih aman dalam krisis.
Tips untuk Investor Retail:
- Gunakan screener saham untuk cari emiten dengan PBV <1x dan ROE >15%.
- Pelajari laporan keuangan, terutama laba bersih dan arus kas.
2. Djoni NGK: Taipan Properti yang Berburu Saham Undervalued
Nama Djoni meledak awal 2025 setelah ia membeli saham 5 emiten secara agresif:
- DATA, MENN, MINA, NINE, WIFI (total kepemilikan 5–17%).
Apa Strategi Djoni?
1. Corporate Action (CA): Ia mencari saham yang akan ada right issue, stock split, atau akuisisi.
- Contoh: Saham MENN naik 40% dalam sebulan setelah ada rumor akuisisi.
2. Rasio Utang Rendah: Perusahaan dengan utang kecil punya fleksibilitas saat ekspansi.
3. Media Sosial sebagai Psikologi Pasar: Djoni aktif di Instagram membahas saham undervalued, mirip gaya Warren Buffett.
Kutipan Djoni:
"Saya beli saham yang ada CA, lalu tunggu realisasinya. Jangan panik jual saat turun."
Pelajari Pola Djoni:
- Pantau pengumuman corporate action di situs BEI.
- Cek kepemilikan direksi/komisaris—jika mereka beli banyak, bisa jadi sinyal positif.
3. Kesalahan Umum yang Harus Dihindari
- Terlambat Exit: Pak Lo kerap dipegang terlalu lama hingga profit menguap.
- Ikut-ikutan Tanpa Analisis: Djoni beli karena riset, bukan sekadar trending.
- Abur Risiko: Saham diskon bisa jadi value trap jika kinerja memburuk.
Mulai dengan Langkah Kecil
Anda tak perlu miliaran untuk meniru Pak Lo atau Djoni. Mulailah dengan:
1. Beli saham blue-chip diskon (contoh: BNGA di PBV 0.8x).
2. Pantau corporate action via IDX atau aplikasi sekuritas.
3. Diversifikasi: Gabungkan strategi value dan event-driven.
"Investasi itu seperti menanam pohon. Pak Lo memilih bibit unggul, Djoni mencari tanah subur. Anda bisa belajar dari keduanya."
(*)