Padang, pasbana - Di tengah wangi dedaunan dan suasana hijau Kompleks Perumahan Belimbing, Kecamatan Kuranji, Kota Padang, ada satu rumah yang tak biasa. Bukan karena desain arsitekturnya atau taman yang rindang.
Tapi karena di sanalah 'pasukan kecil' bernama maggot mengubah limbah jadi berkah. Dan di balik semua itu, berdiri sosok wanita tangguh yang akrab disapa Ayu — Dr. Resti Rahayu, sang penggerak perubahan yang memilih “jalan kotor” demi menyelamatkan lingkungan dan membantu petani.
Awal Mula dari Pandemi
Semua berawal di masa sulit, saat pandemi Covid-19 mengubah hidup banyak orang. Bagi Resti, dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Andalas, masa itu justru menjadi titik balik. Ketika sebagian besar orang sibuk mencari cara bertahan hidup, ia memilih menekuni budidaya maggot — larva dari lalat Black Soldier Fly (BSF) yang ternyata punya segudang manfaat.“Awalnya karena saya resah melihat tumpukan sampah organik di sekitar kita. Sayang sekali kalau tidak diberdayakan,” ujar lulusan doktoral dari Institut Teknologi Bandung itu dengan semangat.
Maggot: Pahlawan Kecil Penyelamat Lingkungan
Resti bukan sekadar beternak maggot. Ia membangun sistem berkelanjutan yang mengolah sampah organik — sisa sayur, buah busuk, limbah ikan, dan sisa makanan lainnya — menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis. Maggot menjadi “mesin hidup” pengurai sampah yang kemudian menghasilkan pakan ternak kaya protein, pupuk organik, bahkan bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku bioenergi.Menurut data dari Journal of Cleaner Production (2022), penggunaan maggot sebagai pengurai sampah dapat mengurangi volume sampah organik hingga 70% dan menghasilkan pupuk dengan kandungan nitrogen tinggi yang sangat bermanfaat bagi pertanian organik.
“Kalau dulu sayur dan buah membusuk menumpuk di pasar, sekarang sudah sangat jarang. Petugas dan warga mulai terbiasa memilah sampah, dan itu sangat mengurangi pencemaran,” ujar Ayu sambil tersenyum.
Melawan Rasa Jijik Demi Masa Depan yang Lebih Bersih
Satu hal yang sering jadi penghalang dalam budidaya maggot adalah rasa jijik. Tapi bagi Resti, rasa itu bisa dikendalikan kalau sudah paham manfaatnya. Bersama sang suami dan kelompok usahanya, MinaGot Sumbar, Resti terus menyuarakan bahwa maggot bukanlah hal menjijikkan, tapi solusi cerdas atas dua masalah besar sekaligus: sampah dan krisis pakan ternak.“Maggot itu formula yang murah, aman, dan bisa dikelola siapa saja, bahkan ibu rumah tangga. Daripada pusing karena bau sampah organik di dapur, mending kita ubah jadi pupuk atau pakan, kan bisa jadi tambahan uang saku,” tuturnya santai.
Krisis Pakan, Maggot Jadi Penyelamat
Harga pakan ternak yang terus naik belakangan ini memang bikin resah para peternak. Menurut data dari Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementan (2024), kenaikan harga jagung dan bungkil kedelai sebagai bahan utama pakan mencapai lebih dari 30% sejak tahun lalu. Akibatnya, banyak petani kecil terseok-seok menutupi biaya produksi.“Dengan maggot, para petani punya alternatif pakan yang jauh lebih murah tapi tetap tinggi kandungan nutrisinya,” jelas Resti, yang sering diundang sebagai narasumber di seminar pertanian berkelanjutan.
Rumah Maggot, Rumah Belajar
Tak pelit ilmu, Resti membuka rumahnya untuk siapa saja yang ingin belajar. Mahasiswa, warga sekitar, hingga dinas pemerintahan, datang silih berganti ke "rumah maggot" miliknya. Di tempat itu, mereka belajar dari nol bagaimana mengelola sampah rumah tangga jadi produk bernilai, sekaligus menanamkan cinta pada lingkungan.“Kadang datang ibu-ibu rumah tangga yang tadinya cuma penasaran. Setelah tahu prosesnya gampang dan hasilnya nyata, mereka malah jadi penggiat maggot juga. Dan itulah yang bikin saya bahagia,” ujar Resti penuh haru.
Harapan Resti: Maggot untuk Semua
Bagi Resti, maggot bukan hanya soal bisnis atau lingkungan. Ini soal membangun kesadaran bersama, bahwa perubahan bisa dimulai dari rumah, bahkan dari hal yang selama ini dianggap kotor.“Kalau kita ingin lingkungan bersih dan petani sejahtera, semua harus terlibat. Dan maggot adalah cara termudah untuk memulainya,” tutup Resti, yang kini aktif menyebarkan gerakan #MaggotUntukNegeri melalui berbagai forum lokal hingga nasional. Makin tahu Indonesia. (rel/rri)