Notification

×

Iklan

Iklan

Generasi Terjepit: Zilenial di Tengah Tekanan Ekonomi, Bumi yang Sakit, dan Stigma 'Lembek'

17 April 2025 | 12:26 WIB Last Updated 2025-04-17T05:26:52Z
 


Pasbana - Mereka lahir di era pesan instan, kerja kreatif dalam genggaman, dan transportasi yang hanya perlu satu ketuk. Tapi jangan salah—hidup sebagai Generasi Z, Milenial, atau Zilenial (yang terjebak di antara keduanya) bukanlah sekadar scroll, swipe, dan selfie

Di balik kemudahan teknologi, ada gelombang tantangan yang jauh lebih besar: ekonomi yang kejam, planet yang sekarat, dan stigma yang terus membayangi.  

Disrupsi atau Ditinggal?

Lapangan kerja tak lagi sekadar soal ijazah. Hari ini, Zilenial harus bersaing dengan algoritma, otomasi, dan standar kompetensi yang terus melesat. Yang dulunya "lumayan" kini jadi "kurang." Yang "cukup" tiba-tiba "tertinggal." 

Disrupsi teknologi bukan lagi ancaman—ia sudah merenggut banyak pekerjaan, memaksa kaum muda untuk terus upskill atau tersingkir.  

Tapi bisakah kita menyalahkan mereka jika sebagian besar sistem pendidikan justru masih berkutat pada kurikulum usang?  

Bumi Panas, Generasi Pusing

Jika generasi sebelumnya mewarisi tanah subur dan udara bersih, Zilenial mewarisi krisis iklim yang makin menjadi. Polusi, cuaca ekstrem, dan ancaman kenaikan muka air laut bukan lagi teori—tapi realitas sehari-hari. Mereka protes, tapi seringkali berhadapan dengan represi, bukan solusi.  

Lantas, ketika mereka menyuarakan keprihatinan, ada yang menyindir: "Dulu kami lebih tangguh!" 

Stigma 'Lembek' dan Mental Health yang Diabaikan

Ya, Zilenial lebih terbuka soal kesehatan mental. Mereka berani bilang "Aku lelah" tanpa malu. Tapi alih-alih didengar, mereka malah dicap "generasi snowflake"—lemah, manja, dan tak tahan banting. Padahal, hidup di tengah tekanan ekonomi, iklim yang tak menentu, dan sistem yang kerap tak ramah pada anak muda—bukankah wajar jika kecemasan mereka nyata?  


Bukan Sekadar Kritik, Tapi Kolaborasi
 

Memahami Zilenial bukan berarti meromantisasi masalah mereka. Ini tentang mengakui bahwa dunia yang mereka hadapi memang berbeda—lebih cepat, lebih tak pasti, dan lebih kompleks. Daripada sibuk menghakimi, mungkin lebih baik kita bertanya: Bagaimana kita bisa membangun sistem yang lebih adil untuk mereka?

Serial ini hadir bukan sekadar sebagai cermin, tapi sebagai ajakan: untuk beradaptasi, berkolaborasi, dan menciptakan ruang di mana kaum muda tidak hanya bertahan—tapi bisa berjaya.  

Karena masa depan bukan milik kita. Ia milik mereka yang hari ini masih berjuang untuk tetap waras di dunia yang semakin tak karuan.  

Tertarik mendengar solusi dan kisah inspiratif Zilenial? Ikuti terus serial khusus ini. Siapa tahu, Anda justru akan belajar sesuatu dari cara mereka bertahan.

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update