Padang, pasbana – Ratusan mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang menggelar aksi unjuk rasa di depan Gedung Rektorat kampus, Rabu (23/4).
Aksi ini digelar sebagai bentuk protes terhadap berbagai persoalan internal kampus yang dinilai telah lama dibiarkan tanpa penyelesaian yang jelas oleh pihak rektorat.
Dalam aksinya, mahasiswa membawa enam poin tuntutan utama. Di antaranya adalah desakan untuk membubarkan Senat Mahasiswa Universitas (SEMA-U).
Mahasiswa menilai pelaksanaan Musyawarah Senat Mahasiswa Universitas (MUSEMA-U) yang digelar pada 30 Desember 2024 cacat hukum dan tidak sesuai dengan AD/ART organisasi.
Ketua Umum SEMA-U terpilih juga dinilai tidak memenuhi syarat administratif sebagaimana diatur dalam konstitusi organisasi mahasiswa. Selain itu, sejak dilantik pada 10 Februari 2025, SEMA-U disebut gagal menjalankan tugasnya sebagai lembaga normatif dan legislatif mahasiswa.
Tuntutan kedua adalah evaluasi terhadap kinerja Rektor UIN Imam Bonjol Padang. Mahasiswa menilai kepemimpinan Rektor telah mematikan iklim demokrasi di kampus, mengabaikan partisipasi mahasiswa dalam penyusunan program, serta membatasi ruang-ruang kritis mahasiswa. “Kampus seharusnya menjadi ruang tumbuhnya kepemimpinan dan kreativitas, bukan mengekang dan mengintimidasi,” ujar salah satu orator aksi.
Selain itu, mahasiswa juga menuntut transparansi anggaran kampus yang selama ini dinilai tertutup. Mereka mengungkapkan bahwa anggaran kemahasiswaan tidak merata dan tidak transparan di tiap fakultas. Proyek pembangunan kampus pun dipertanyakan karena tidak adanya papan informasi dan hasil yang tidak sesuai ekspektasi.
Isu pelecehan seksual di lingkungan kampus juga menjadi sorotan tajam. Mahasiswa menyampaikan keprihatinannya terhadap dugaan tidak adanya tindak lanjut terhadap kasus-kasus yang terjadi serta ketiadaan perlindungan terhadap korban. “Kampus harus menjadi tempat aman bagi seluruh sivitas akademika, bukan tempat yang melindungi pelaku kekerasan seksual,” tegas salah satu peserta aksi.
Masalah kinerja dosen turut menjadi bagian dari tuntutan. Banyak dosen disebut tidak efektif dalam mengajar maupun membimbing mahasiswa, bahkan seringkali menyampaikan materi yang tidak relevan dengan topik kuliah.
Tak ketinggalan, mahasiswa juga menyoroti kondisi fasilitas kampus yang dinilai buruk, rusak, tidak terawat, dan tidak ramah bagi penyandang disabilitas.
Aksi yang berlangsung damai ini diwarnai dengan orasi bergantian, tulisan di spanduk, serta penampilan teatrikal dari mahasiswa. Mereka berharap pihak rektorat segera merespons tuntutan tersebut secara terbuka dan bertanggung jawab.
“Kami bukan sedang mencari sensasi. Ini adalah bentuk cinta kami terhadap kampus tercinta. Sudah saatnya UIN Imam Bonjol Padang berbenah,” tutup salah satu mahasiswa dalam orasinya. (Tsa)