Sabtu 19 Apr 2025

Notification

×
Sabtu, 19 Apr 2025

Iklan

Iklan

Merek Jepang Tersalip, Mobil China Tancap Gas di Pasar Indonesia: Apa Dampaknya Bagi Investor?

16 April 2025 | 07:40 WIB Last Updated 2025-04-16T00:40:54Z



Pasbana - Pasar otomotif Indonesia tengah bergeser. Data penjualan mobil nasional pada Maret 2025 yang dirilis oleh Gaikindo menunjukkan sebuah tren menarik: merek-merek mobil asal China bukan hanya hadir sebagai alternatif, tapi mulai unjuk gigi dan menyalip dominasi pemain lama asal Jepang. 

Ini bukan sekadar perubahan di jalan raya, tapi juga punya dampak signifikan di lantai bursa.

Mari menyelami perubahan tren otomotif Indonesia, siapa yang untung, siapa yang buntung, dan apa langkah cerdas yang bisa diambil investor menghadapi pergeseran ini.

Penjualan Mobil Turun, Tapi Tidak Mengejutkan

Gaikindo mencatat penjualan wholesales mobil nasional pada Maret 2025 sebanyak 70.909 unit, turun -5,1% secara tahunan (YoY) dan -1,9% bulanan (MoM). 

Penurunan ini dipengaruhi oleh seasonality Lebaran dan pergeseran jadwal IIMS 2025. Jika ditotal selama kuartal pertama (3M25), penjualan mencapai 205.136 unit, turun -4,7% YoY. Meski turun, angka ini masih sesuai ekspektasi, mencapai 23–27% dari target tahunan Gaikindo di 750.000–900.000 unit.

Catatan penting: Ini berarti pasar otomotif tidak sedang tumbuh pesat, melainkan stagnan—namun stagnasi ini justru menyamarkan perubahan besar yang terjadi di dalamnya.

ASII Tertahan, Toyota Diselamatkan dari Penurunan oleh BYD

Astra International ($ASII), raksasa otomotif Indonesia, juga terkena imbas penurunan pasar. Kombinasi merek Toyota dan Daihatsu mencatat penjualan turun -5,7% YoY dan -2,3% MoM. 

Secara total kuartalan, penjualan turun -6,9% YoY, dengan market share ASII merosot dari 51,9% (3M24) ke 50,7% (3M25).

Namun, ada dua catatan menarik:
Toyota tumbuh +6,3% YoY di Maret, artinya segmen menengah–atas masih kuat.

Daihatsu jatuh -21% YoY, mengindikasikan tekanan di segmen mobil terjangkau.
Ini memperlihatkan bahwa daya beli kelas bawah masih tertahan, sementara kompetitor baru masuk dengan produk yang dianggap value for money.

Merek Jepang Lain: Terpukul Keras

Bukan cuma Daihatsu, merek Jepang lain seperti Honda (-40,4% YoY) dan Suzuki (-33,4% YoY) mengalami penurunan tajam. 

Artinya, dominasi merek Jepang mulai tergerus bukan oleh kondisi makro semata, melainkan oleh kompetitor baru yang lebih agresif—yaitu merek-merek mobil asal Tiongkok.

Merek China Naik Daun: BYD & Chery Jadi Bintang Baru

Fenomena paling menarik adalah lonjakan penjualan merek China, terutama BYD dan Chery:
BYD mencetak rekor penjualan tertinggi sejak masuk ke Indonesia: 3.205 unit (+129% MoM) dan kini menguasai 4,5% market share.

Chery juga melanjutkan tren positif dengan 1.829 unit (+128% YoY).

Dengan harga kompetitif, teknologi modern (EV-ready), dan agresivitas pemasaran, mereka berhasil menarik minat konsumen urban muda dan pembeli fleet.
Analogi sederhana: Merek China seperti startup disruptif di dunia otomotif – datang dengan kecepatan, teknologi, dan harga menarik, memaksa pemain lama seperti Jepang beradaptasi atau tertinggal.

Apa Artinya Bagi tertinggal


Saham ASII Wajib Diwaspadai
ASII masih kuat secara fundamental, tapi tekanan dari kompetitor baru bisa menggerus margin jangka panjang. Penurunan market share di tengah stagnasi pasar adalah sinyal penting bagi investor jangka menengah.

Peluang di Industri Pendukung EV & Infrastruktur Charging
Kenaikan mobil China, khususnya BYD, bisa menjadi katalis bagi sektor lain:
Penyedia charging station
Produsen baterai lokal
Emiten logistik & distribusi otomotif

Diversifikasi Portofolio Saham Otomotif
Pertimbangkan untuk tidak hanya terpaku pada ASII, tapi juga memperhatikan saham yang mendukung ekosistem kendaraan listrik atau yang punya hubungan dagang dengan merek China.

Tips Praktis Bagi Investor

Pantau Data Penjualan Bulanan Gaikindo: Ini indikator awal perubahan tren.

Amati Kebijakan Pemerintah soal EV: Insentif EV bisa mengakselerasi pergeseran pasar.

Gunakan Strategi Value Investing dengan Filter Sektorial: Perhatikan valuasi dan potensi pertumbuhan sektor otomotif baru.

Jangan Abaikan Saham Second Liner: Kadang perusahaan kecil yang menyuplai suku cadang atau komponen bisa mendapat bonus pertumbuhan dari tren ini. 

Era Baru Otomotif Indonesia Sudah Dimulai

Konsumen kini lebih cerdas, dan merek China tahu cara bermain: harga kompetitif, fitur melimpah, dan pendekatan digital. Merek Jepang tidak akan lenyap, tapi mereka harus mulai beradaptasi lebih cepat.

Bagi investor, ini saatnya memperluas pandangan dan tidak hanya melihat ke ASII sebagai satu-satunya wakil sektor otomotif. Tren baru artinya peluang baru, asal kita cukup jeli melihat arah angin.(*) 

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update