Pasbana - Kalimat "Sell in May and Go Away" sering jadi momok klasik buat investor saham. Katanya, pasar cenderung lemah dari Mei sampai Oktober, jadi lebih baik jual semua saham dan liburan. Tapi… apakah itu berlaku juga di Indonesia?
Jawabannya: tidak selalu. Data 20 tahun terakhir menunjukkan, strategi ini cuma benar 35% di IHSG. Artinya, lebih sering salah. Bahkan di tengah krisis 2020, IHSG masih bisa naik tipis 0,8% di bulan Mei—berkat stimulus jumbo dan suku bunga rendah.
Sekarang, April 2025, IHSG ada di level 6.614, naik 2,6% dari akhir Maret. Tapi apakah kita aman? Tidak juga. Ada sejumlah faktor yang bikin pasar tetap rawan koreksi.
Apa yang Sedang Terjadi di Pasar?
Faktor Domestik:
- APBN Defisit, artinya ruang fiskal pemerintah makin sempit.
- Asing Net Sell Rp2,5 triliun (Maret), menunjukkan mereka mulai cabut pelan-pelan.
- Deflasi 0,48% (Februari): sinyal daya beli masyarakat melemah, meski harga turun.
Faktor Global:
- Perang dagang AS-China: ketegangan memicu kekhawatiran pertumbuhan global.
- The Fed kemungkinan hawkish: suku bunga bisa naik, tekan pasar negara berkembang.
- Volatilitas harga komoditas: dari sawit hingga batubara, semua fluktuatif.
Proyeksi IHSG Mei 2025: Tiga Skenario
Skenario : Bearish
Level IHSG : 5.882–6.200
Syarat : Asing lanjut jual, tanpa stimulus baru
Skenario : Bullish
Level IHSG : 6.707–6.800
Syarat : Stimulus/insentif muncul, laporan Q1 bagus
Skenario : Netral
Level IHSG : 6.500-an
Syarat : Tanpa kejutan signifikan, cenderung sideways
Strategi Investasi: Lima Langkah Bijak Hadapi Pasar Mei
1. Jangan Jual Semua
IHSG sudah dekat resistance di 6.707. Kalau muncul katalis positif, bisa naik cepat. Jual semua sekarang? Bisa jadi malah ketinggalan cuan.
2. Siapkan Cash 20–30%
Simpan amunisi. Kalau IHSG koreksi ke 6.200-an, kamu bisa serok saham bagus dengan harga diskon.
3. Fokus ke Sektor Defensif
Konsumen dan perkebunan lebih tahan badai. Seperti UNVR dan TLKM yang tangguh waktu pandemi. Hindari sektor siklikal seperti properti dan otomotif.
4. Manajemen Risiko Wajib
- Gunakan stop-loss 7–10% untuk posisi baru.
- Gunakan trailing stop 15% untuk posisi cuan.
- Cek indikator teknikal seperti RSI (>70 = overbought, tunda beli).
5. Pantau Katalis Positif
- Stimulus baru: suku bunga BI, program makan gratis, dorongan biodiesel B40.
- Laporan Q1 2025 dari emiten konsumen & bank.
- Harga komoditas & neraca dagang (surplus Maret USD 4,33 miliar).
Saham Pilihan untuk Mei 2025: Defensif dan Diskon
1. $MYOR (Mayora Indah Tbk)
- Harga: Rp2.250 | Target: Rp2.800 | Upside: +24%
- Laba diprediksi naik 10–15% (ekspor, Lebaran).
- PER 15x (di bawah sektor), cocok buat investor konservatif.
- Rekomendasi: Beli sekarang. Stop-loss Rp2.050.
2. $ICBP (Indofood CBP)
- Harga: Rp10.675 | Target: Rp12.500 | Upside: +17%
- Indomie tahan inflasi. Didukung program makan gratis.
- PER 14x, aman secara valuasi.
- Rekomendasi: Beli sekarang. Stop-loss Rp9.800.
3. $AMRT (Alfamart)
- Harga: Rp2.020 | Target: Rp2.600 | Upside: +29%
- Katalis Ramadan & subsidi makanan. Tapi PER mahal (30x).
- Rekomendasi: Tunggu koreksi ke Rp1.900–2.000. Stop-loss Rp1.850.
4. $DSNG (Dharma Satya Nusantara)
- Harga: Rp710 | Target: Rp900 | Upside: +27%
- Didukung harga CPO stabil & program B40.
- Valuasi sangat murah (PER 5x, PBV 0.8x).
- Rekomendasi: Beli sekarang. Stop-loss Rp650.
5. $UNTR (United Tractors)
- Harga: Rp23.275 | Target: Rp27.000 | Upside: +16%
- Prospek batu bara & alat berat bagus. Dividen tinggi.
- Rekomendasi: Beli kalau koreksi ke Rp22.000–22.500. Stop-loss Rp21.000.
Investasi Bukan Soal Musim, Tapi Strategi
Jangan langsung percaya mitos “Sell in May”—karena data bicara sebaliknya. Yang penting adalah kesiapan strategi, pengelolaan risiko, dan pemilihan saham tepat.
Dengan kombinasi analisis data, logika bisnis, dan sedikit keberanian, Mei bisa jadi bulan panen, bukan bulan panik. (*)