Notification

×

Iklan

Iklan

Serunya Mangalah di Nagari Gantung Ciri: Tradisi Lebaran yang Sarat Kebersamaan

08 April 2025 | 11:14 WIB Last Updated 2025-04-08T09:05:27Z



Solok, pasbana – Kamis (3/4/2025), masyarakat Nagari Gantung Ciri, Kecamatan Kubung, Kabupaten Solok, kembali menggelar tradisi unik untuk merayakan Idulfitri 1446 H, Mangalah

Tak sekadar menangkap ikan di sungai, Mangalah adalah simbol kebersamaan, gotong royong, dan pelestarian budaya yang telah diwariskan turun-temurun.

Menangkap Ikan, Menangkap Kebersamaan


Setiap tahunnya, selepas merayakan Hari Raya Idulfitri, warga Gantung Ciri berbondong-bondong menuju batang ayie (sungai). Mereka membawa alat tradisional seperti serok (tangguak), jala, dan jaring untuk menangkap ikan secara bersama-sama. 

Uniknya, proses ini diawali dengan membendung salah satu anak sungai menggunakan tanah dan plastik agar air bisa dialihkan ke aliran lain, memudahkan ikan terkumpul di area yang lebih kecil.

Tanpa bahan kimia berbahaya atau metode destruktif, Mangalah tetap mempertahankan nilai ekologisnya. Ini bukan sekadar tradisi menangkap ikan, melainkan perayaan hidup yang mempererat tali silaturahmi antargenerasi, termasuk para perantau yang pulang kampung khusus untuk mengikuti acara ini.

Lebaran, Pulang Kampung, dan Nostalgia Masa Kecil


Bagi perantau dari Nagari Gantung Ciri, Mangalah adalah momen penuh nostalgia. Mereka yang merantau ke berbagai kota besar di Indonesia dan bahkan ke luar negeri, kembali ke kampung halaman untuk mengenang masa kecil yang penuh kebersamaan.

 “Dulu waktu kecil, kami selalu ikut Mangalah bersama orang tua. Sekarang, anak-anak kami yang melanjutkan tradisi ini,” ujar Irwan (45), seorang perantau dari Jakarta.

Tidak hanya soal menangkap ikan, tradisi ini juga menjadi ajang berbagi cerita, bercanda, dan tentu saja, memasak hasil tangkapan bersama. Biasanya, ikan hasil Mangalah diolah menjadi gulai, pangek, atau ikan bakar khas Minang yang menggugah selera.


Pemuda Menghidupkan Kembali Tradisi


Semangat melestarikan Mangalah kini semakin kuat, terutama di kalangan pemuda nagari. Mereka berencana menjadikan Mangalah sebagai agenda tahunan yang lebih terorganisir. 

Salah satu langkah penting yang diambil adalah pelarangan penggunaan setrum listrik dan potasium dalam menangkap ikan, sebuah regulasi yang mulai ditegakkan dengan ketat. Bagi siapa pun yang melanggar, sanksi tegas akan diberlakukan sesuai aturan yang berlaku.

“Kami ingin tradisi ini tetap lestari, tapi juga tetap ramah lingkungan. Menangkap ikan dengan cara-cara yang merusak akan berdampak buruk bagi ekosistem sungai kita,” kata Rudi, salah satu pemuda nagari yang aktif menggerakkan komunitas pelestarian lingkungan.

Melestarikan Kearifan Lokal

Mangalah di Nagari Gantung Ciri bukan hanya tentang menangkap ikan, melainkan perwujudan nilai-nilai gotong royong dan kebersamaan yang menjadi inti dari kehidupan masyarakat Minangkabau. 

Tradisi ini juga menjadi contoh nyata bagaimana masyarakat lokal bisa menjaga keseimbangan antara budaya, lingkungan, dan kebersamaan.

Dengan semangat kebersamaan dan kepedulian terhadap lingkungan, Mangalah bukan sekadar ritual tahunan, tetapi juga warisan budaya yang terus berkembang, menjembatani masa lalu dan masa depan. 

Bagi warga Nagari Gantung Ciri, Mangalah bukan hanya soal ikan—ini tentang merawat kebersamaan, menyatukan keluarga, dan menyegarkan kembali jiwa di hari kemenangan. Makin tahu Indonesia. (Budi) 

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update