Notification

×

Iklan

Iklan

"Tahan Santiang"

10 April 2025 | 14:26 WIB Last Updated 2025-04-10T07:26:53Z


Pasbana - Dalam dunia politik dan budaya Minangkabau, ada satu strategi halus yang bisa bikin lawan berpikir keras tanpa perlu banyak bicara. 

Namanya "Tahan Santiang". Ini bukan soal menahan rasa pedas sambal lado, tapi seni bertahan dalam diam—sebuah cara protes elegan yang bisa bikin atasan garuk-garuk kepala tanpa tahu harus berbuat apa.

Bayangkan situasi ini: Anda seorang ahli di bidang tertentu, tahu betul cara menyelesaikan masalah, tapi memilih diam dan berpura-pura tidak tahu. Bukan karena malas, bukan juga karena takut. Ini strategi. 

Anda menunggu sampai sang pemimpin atau orang yang dituakan akhirnya angkat tangan dan berkata, "Baiklah, mari kita kerja sama!"—sebuah kemenangan tanpa perlu adu argumen.

Strategi ini sering dipakai dalam negosiasi politik, birokrasi, bahkan dalam dinamika sosial sehari-hari. 

Di kantor, misalnya, ketika seorang bos keras kepala bersikeras pada keputusannya yang jelas-jelas kurang efektif, staf yang lebih berpengalaman mungkin memilih untuk Tahan Santiang

Mereka tak buru-buru memberikan solusi. Mereka tahu, cepat atau lambat, sang atasan akan menyadari bahwa mereka butuh bantuan.

Seni bertahan dalam diam ini mengajarkan bahwa terkadang, langkah terbaik bukanlah berbicara atau berdebat, melainkan menunggu momen yang tepat untuk bertindak.

Seperti kata pepatah Minang, "Nan tagang ndak buliah dipatah, nan lako ndak buliah dicancang." Ada kalanya kesabaran adalah senjata paling ampuh dalam menghadapi situasi pelik.

Jadi, jika Anda pernah melihat seseorang yang sebenarnya paham tapi memilih diam, jangan buru-buru menyimpulkan bahwa ia bodoh atau tak peduli. 

Bisa jadi, ia sedang memainkan jurus Tahan Santiang—dan siapa tahu, justru dia yang akan menang pada akhirnya.(suduik pasbana) 

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update